Dolanan di Museum Nasional

0
1611
Anak-anak antusias bermain dam-daman [atas] dalam workshop permainan tradisional di Museum Nasional. Foto: Indra

Perkembangan yang sangat pesat dalam hal penggunaan ponsel cerdas di tengah masyarakat sekarang ini selain memiliki banyak sekali manfaat, tetapi juga terdapat efek negatif yang perlu juga diwaspadai terutama bagi anak-anak. Permainan tradisional sekarang sudah mulai ditinggalkan, terutama di kota-kota besar. Anak-anak lebih menyukai mengunduh berbagai permainan menarik yang disediakan oleh ponsel cerdas dibandingkan bermain permainan tradisional di luar rumah.

Anak-anak antusias bermain engrang bambu

Permainan tradisional merupakan identitas bangsa, hasil kearifan lokal masyarakat yang perlu dilestarikan. Dalam rangka untuk melindungi, memanfaatkan, dan mengembangkan kebudayaan Indonesia, pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 5 tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan yang memuat Pasal 5 tentang objek pemajuan kebudayaan bahwa permainan rakyat merupakan salah satu obyek pemajuan kebudayaaan.
Untuk mendukung program pemerintah dan mengatasi isu sosial ini, Museum Nasional berupaya menjadi bagian untuk menyuarakan betapa pentingnya permainan tradisional. Perubahan orientasi Museum dari object oriented menjadi public oriented membawa perubahan pada program publik museum. Museum berperan aktif untuk mengedukasi masyarakat, salah satunya dengan menyelenggarakan workshop permainan tradisional.
Museum sebagai lembaga pendidikan diarahkan untuk membuat masyarakat menyadari identitasnya, menguatkan identitas dan menanamkan rasa percaya diri pada potensi penduduk dan memberikan kontribusi nyata dalam kehidupan masyarakat sehari-hari dengan menunjukkan masalah dan cara pemecahan masalahnya. Jadi, tidak hanya koleksi mainan tradisional yang ditampilkan secara pasif dalam ruang pameran tetapnya seperti yang disajikan di Lantai 3, Museum Nasional juga harus memperkenalkan permainan tradisional kepada masyarakat secara interaktif.
Menyambut Hari Pendidikan Nasional pada tanggal 25 Mei 2018, misalnya, Museum Nasional melaksanakan kegiatan workshop permainan tradisional. Kegiatan ini diadakan bekerjasama dengan komunitas pemuda yang bernama Kampung Dolanan. Museum Nasional juga berkerjasama dengan Bapak Gasing Indonesia, Endi Aras.
Workshop yang dilaksanakan selama satu hari ini diikuti oleh 300 peserta. Dalam kegiatan ini peserta dapat mencoba bermain sembilan permainan tradisional antara lain: damdaman, bakiak, egrang batok, egrang bambu, congklak, gasing bumbung, bekel, bedil jepret, dan yoyo.
Damdaman adalah salah satu contoh permainan tradisional Indonesia yang menggunakan bidak seperti catur. Bidak-bidak ini dijalankan bergantian dengan lawan. Hanya saja dalam permainan ini tidak ada skakmat, melainkan sistem makan dan dimakan. Pemain dengan jumlah sisa dam terbanyak miliknya ialah sang pemenang.
“Setiap permainan tradisional memang memiliki teknik masing-masing agar dapat dimainkan,” kata Endi Aras. “Misalnya, dalam bermain gasing itu tidak asal-asalan. Ada teknik tertentu agar gasing bisa berputar lama.”
Banyak manfaat dari permainan tradisional. Permainan tradisional seperti egrang dapat melatih kebugaran fisik. Permainan tradisional lainnya dapat melatih kecerdasan otak dan emosional, meningkatkan kreativitas, kerjasama dan sosialisasi dengan teman. Ini cukup penting bagi anak karena kesuksesan tidak hanya berdasarkan kecerdasan otak, tetapi diperlukan juga kecerdasan emosional dalam menghadapi segala tantangan.
Permainan tradisional juga dapat mengurangi konsumerisme karena terbiasa memanfaatkan bahan di sekitar lingkungan. Dalam membuat egrang batok, misalnya, hanya membutuhkan bahan tempurung kelapa atau batok, tali, dan alat untuk melubangi batok. Membuat telepon mainan pun hanya memerlukan bahan tali atau benang dengan kaleng bekas.
“Permainan itu tidak harus mahal, tetapi kita harus kreatif untuk membuat mainan dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar,” tutur Endi lagi.
Dari kuisioner yang disebar oleh Museum Nasional, sejumlah 80 persen responden berpendapat bahwa permainan tradisional sangat menarik. Tiga belas persen mengatakan menarik dan tujuh persen cukup menarik. Hal ini menjelaskan bahwa permainan tradisional masih diminati anak-anak apabila diperkenalkan, diajarkan, dan dimainkan secara bersama-sama.
Tugas kita adalah menyosialisasikan dan menghadirkan kembali permainan tradisional ke tengah-tengah masyarakat; tidak hanya di museum, tetapi juga di rumah maupun di sekolah. Selanjutnya dibutuhkan penanaman pemahaman kepada orang tua agar dapat memahami pentingnya permainan tradisional dalam pembentukan karakter anak. Diharapkan dengan demikian permainan tradisional dapat berjalan seimbang dengan perkembangan ponsel cerdas.

Permainan tradisional merupakan identitas bangsa, hasil kearifan lokal masyarakat yang perlu dilestarikan. Dalam rangka untuk melindungi, memanfaatkan, dan mengembangkan kebudayaan Indonesia, pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 5 tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan yang memuat Pasal 5 tentang objek pemajuan kebudayaan bahwa permainan rakyat merupakan salah satu obyek pemajuan kebudayaaan.
Untuk mendukung program pemerintah dan mengatasi isu sosial ini, Museum Nasional berupaya menjadi bagian untuk menyuarakan betapa pentingnya permainan tradisional. Perubahan orientasi Museum dari object oriented menjadi public oriented membawa perubahan pada program publik museum. Museum berperan aktif untuk mengedukasi masyarakat, salah satunya dengan menyelenggarakan workshop permainan tradisional.
Museum sebagai lembaga pendidikan diarahkan untuk membuat masyarakat menyadari identitasnya, menguatkan identitas dan menanamkan rasa percaya diri pada potensi penduduk dan memberikan kontribusi nyata dalam kehidupan masyarakat sehari-hari dengan menunjukkan masalah dan cara pemecahan masalahnya. Jadi, tidak hanya koleksi mainan tradisional yang ditampilkan secara pasif dalam ruang pameran tetapnya seperti yang disajikan di Lantai 3, Museum Nasional juga harus memperkenalkan permainan tradisional kepada masyarakat secara interaktif.
Menyambut Hari Pendidikan Nasional pada tanggal 25 Mei 2018, misalnya, Museum Nasional melaksanakan kegiatan workshop permainan tradisional. Kegiatan ini diadakan bekerjasama dengan komunitas pemuda yang bernama Kampung Dolanan. Museum Nasional juga berkerjasama dengan Bapak Gasing Indonesia, Endi Aras.
Workshop yang dilaksanakan selama satu hari ini diikuti oleh 300 peserta. Dalam kegiatan ini peserta dapat mencoba bermain sembilan permainan tradisional antara lain: damdaman, bakiak, egrang batok, egrang bambu, congklak, gasing bumbung, bekel, bedil jepret, dan yoyo.
Damdaman adalah salah satu contoh permainan tradisional Indonesia yang menggunakan bidak seperti catur. Bidak-bidak ini dijalankan bergantian dengan lawan. Hanya saja dalam permainan ini tidak ada skakmat, melainkan sistem makan dan dimakan. Pemain dengan jumlah sisa dam terbanyak miliknya ialah sang pemenang.
“Setiap permainan tradisional memang memiliki teknik masing-masing agar dapat dimainkan,” kata Endi Aras. “Misalnya, dalam bermain gasing itu tidak asal-asalan. Ada teknik tertentu agar gasing bisa berputar lama.”
Banyak manfaat dari permainan tradisional. Permainan tradisional seperti egrang dapat melatih kebugaran fisik. Permainan tradisional lainnya dapat melatih kecerdasan otak dan emosional, meningkatkan kreativitas, kerjasama dan sosialisasi dengan teman. Ini cukup penting bagi anak karena kesuksesan tidak hanya berdasarkan kecerdasan otak, tetapi diperlukan juga kecerdasan emosional dalam menghadapi segala tantangan.
Permainan tradisional juga dapat mengurangi konsumerisme karena terbiasa memanfaatkan bahan di sekitar lingkungan. Dalam membuat egrang batok, misalnya, hanya membutuhkan bahan tempurung kelapa atau batok, tali, dan alat untuk melubangi batok. Membuat telepon mainan pun hanya memerlukan bahan tali atau benang dengan kaleng bekas.
“Permainan itu tidak harus mahal, tetapi kita harus kreatif untuk membuat mainan dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar,” tutur Endi lagi.
Dari kuisioner yang disebar oleh Museum Nasional, sejumlah 80 persen responden berpendapat bahwa permainan tradisional sangat menarik. Tiga belas persen mengatakan menarik dan tujuh persen cukup menarik. Hal ini menjelaskan bahwa permainan tradisional masih diminati anak-anak apabila diperkenalkan, diajarkan, dan dimainkan secara bersama-sama.
Tugas kita adalah menyosialisasikan dan menghadirkan kembali permainan tradisional ke tengah-tengah masyarakat; tidak hanya di museum, tetapi juga di rumah maupun di sekolah. Selanjutnya dibutuhkan penanaman pemahaman kepada orang tua agar dapat memahami pentingnya permainan tradisional dalam pembentukan karakter anak. Diharapkan dengan demikian permainan tradisional dapat berjalan seimbang dengan perkembangan ponsel cerdas.

(Penulis Maulidha Sinta Dewi  dalam Warta Museum Tahun XIII No. 13 Tahun 2018)