Kiprah Museum Nasional di Konferensi ICOM-CIMCIM 2018

0
671

Museum Nasional Indonesia (MNI) yang tergabung dalam organisasi museum International Committee for Museums (ICOM), pada tahun 2018 berkesempatan mengikuti konferensi tahunan salah satu komitenya, yakni CIMCIM (Comité international pour les musées et collections d’instruments et de musique atau International Committee for Museums and Collections of Instruments and Music). Komite khusus yang bergerak dalam bidang museum dan alat musik ini bertujuan mempromosikan standar profesional yang tinggi dalam penggunaan dan konservasi alat musik di museum.

Kurator MNI Nusi Lisabilla Estudiantin mempresentasikan makalah pertama yang berjudul “Musical Instrument Collections in the Museum Nasional Indonesia : Interpretation and Presentation” (Foto : Nusi & Khusna)

Mengangkat tema “Annual Conference on Theory, Technology, & Methods: Museum’s Interpretation of Musical Tradition“, ICOM CIMCIM tahun ini digelar di dua kota negara China, yaitu Wuhan dan Shanghai, pada 10-16 September 2018. Pada konferensi CIMCIM, dipresentasikan 33 makalah dari 22 negara dengan total 65 peserta yang terdiri dari kurator, musisi, akademisi, peneliti dan profesional museum lainnya. Isu yang diangkat dalam konferensi ini sangat beragam, mulai dari pelestarian, repatriasi, revitalisasi, dan metode pameran, yang memperkaya sudut pandang keilmuan dalam mengkaji musik dan museum demi kemajuan bersama.
Pada kesempatan ini MNI mengirim dua delegasi untuk mempresentasikan makalahnya. Kurator MNI Nusi Lisabilla Estudiantin mempresentasikan makalah pertama yang berjudul “Musical Instrument Collections in the Museum Nasional Indonesia: Interpretation and Presentation“. Makalah ini membahas sejarah perkembangan seni pertunjukan, khususnya seni musik sejak masa prasejarah, masa kerajaan Hindu-Budha, masa kerajaan Islam, masa kolonial hingga kini. Pada bagian ini juga mengupas masuknya pengaruh asing, seperti India, Tiongkok, Timur Tengah, Persia, hingga Eropa ke dalam sendi kehidupan masyarakat, yang pada akhirnya memperkaya khasanah budaya Nusantara.
Permasalahan minimnya informasi koleksi yang dikelola disebabkan oleh belum adanya kajian lapangan yang sifatnya berkesinambungan serta terbatasnya jumlah SDM. Koleksi alat musik yang dikelola MNI saat ini berjumlah sekitar 2500 koleksi. Hanya sekitar 30%-nya saja yang memiliki informasi mendalam. Namun demikian, upaya-upaya untuk menginterpretasi koleksi tetap terus berjalan baik melalui kajian kepustakaan atau melakukan korespondensi dengan para peneliti yang pernah melakukan penelitian terhadap koleksi-koleksi yang tersebut. Misteri dari beberapa koleksi alat musik mulai terkuak dan ini menjadi “tantangan” untuk terus mengadakan kajian.
Salah satu tantangan ini yang dihadapi adalah menyiapkan storyline (alur kisah) dan tampilan baru untuk pameran tetap MNI. Salah satu ruang pamerannya, yakni Pusaka Indonesia yang bertema alat musik. Bagaimana cara “membunyikan” koleksi alat musik ini tanpa harus menyentuhnya? Salah satu upayanya yaitu menyediakan media pameran yang dapat berinteraksi dengan pengunjung. Koleksi alat musik kini tidak hanya dipajang dengan narasi yang cukup informatif, tetapi juga disajikan dengan media interaktif.
Presentasi makalah selanjutnya dibawakan oleh Kurator MNI Mawaddatul Khusna Rizqika dengan judul “Gamelan: Journey, Experience and Identity“. Makalah ini membahas koleksi gamelan di MNI yang meliputi perjalanan akuisisi gamelan pada era kolonial Belanda. Proses akuisisi ini melalui ekspedisi militer atau penaklukan kekuasaan, khususnya Kesultanan Banten dan Banjar pada pertengahan abad ke-19 hingga akhir abad ke-19 Masehi. Perpindahan kepemilikan gamelan yang sebelumnya merupakan regalia kesultanan menjadi di bawah penguasaan Belanda melalui Bataviaasch Genootschap dapat dilihat sebagai berpindahnya legitimasi kekuasaan.
Perubahan situasi politik terkhusus pascakemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 membawa dampak signifikan terhadap pengelolaan museum dan koleksinya. Koleksi gamelan yang proses akuisisinya menyimpan kenangan sejarah yang kelam bagi masyarakat Indonesia, oleh MNI dihadirkan sebagai identitas dan kebanggaan bagi bangsa. Gamelan merupakan musik tradisional Indonesia yang telah diterima secara luas oleh masyarakat internasional.
Untuk kepentingan keamanan dan preservasi, koleksi gamelan MNI tidak diperkenankan untuk disentuh dan dimainkan oleh pengunjung. Oleh sebab itu, MNI menyiapkan titik interaktivitas bagi pengunjung untuk leluasa memainkan gamelan. Titik interaktivitas ini terletak di ruang kaca yang lokasinya sangat strategis. Tidak hanya itu, MNI menerapkan aspek partisipasi publik dengan bekerjasama dengan komunitas Saptawara Gamelan Ensemble untuk memberikan fasilitas pengajaran gamelan kepada pengunjung tanpa dipungut biaya.
Melalui experiental learning ini diharapkan pengunjung mendapatkan pengalaman dan pemaknaan bahwa gamelan adalah bagian dari diri dan kebudayaannya sebagai bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung di dalam gamelan sangat tepat untuk kehidupan kebangsaan saat ini, yakni kebersamaan, toleransi, dan harmoni.
Selain pemaparan makalah, kegiatan ini juga didukung oleh penampilan seni pertunjukan tradisional China, kunjungan ke beberapa museum, dan situs bersejarah. Makalah yang telah dipresentasikan akan diterbitkan dalam bentuk proceeding terindeks yang dapat diakses secara terbuka dan cuma-cuma oleh siapa saja.

(Penulis : Nusi Lisabilla E. & Mawaddatul Khusna R dalam Warta Museum Tahun XIII No. 13 Tahun 2018)