Pua Kombu hingga Mamuli, tanda cinta yang menjadi koleksi Museum Nasional

0
1415

Dari Kain Hingga Gendang Perunggu, Tradisi Pemberian Mas Kawin di Indonesia

Pemberian mas kawin dalam tradisi perkawinan di berbagai suku di Indonesia lebih dari sekedar kado tanda cinta. Secara adat, mas kawin merupakan simbol penyatuan dua keluarga serta menjadi bentuk  perhargaan terhadap perempuan. Kehadiran mas kawin dengan ragam hias tertentu dipercaya membawa perlindungan dari leluhur dan kebaikan bagi kedua pasangan yang menikah. Tak cuma uang, kain tenun  sampai genderang perunggu , menjadi bentuk –bentuk hadiah mas kawin yang unik di berbagai daerah di Indonesia.

Kain-kain Sakral Pengikat Cinta

Kain  pua kombu khas Iban , Kalimantan Barat (No. Inv. 20466) merupakan kain sakral dan ditenun dengan teknik lungsi dan dikerjakan secara hati-hati dengan ritual tertentu. Kain ini didudukkan sebagai pusaka keluarga, dan digunakan sebagai bagian dari hantaran mas kawin untuk pengantin perempuan. Kain ini juga menjadi hiasan perahu pengantin laki- laki saat datang ke upacara perkawinan.  Di Palembang, Sumatera Selatan,  songket lepus berbahan sutera dan benang emas  (No. Inv.23118) menjadi  hantaran mas kawin. Lepus berarti menutupi, jadi pengertian kain songket lepus adalah songket yang mempunyai benang emasnya hampir menutupi seluruh bagian kain. Dahulu, benang emas berkualitas tinggi diperoleh dari perdagangan dengan Cina. Songket lepus menjadi simbol kebesaran dan keagungan adat Palembang dan juga menjadi bagian hantaran mas kawin yang  diberikan pengantin laki-laki kepada pengantin perempuan.

Kala Bala, Moko dan Mamuli: Tanda Cinta Dari Timur

Gading gajah menjadi mas kawin di beberapa wilayah Flores, Nusa Tenggara Timur. Tradisi ini masih berlangsung hingga saat ini ini. Salah satunya di Lamohot.  Sebagai hadiah balasan, kala bala atau gelang gading (no. Inv. 23077) dan sarung adat (kwatek atau kriok) serta baju lainnya  merupakan   pemberian balik dari pihak perempuan kepada pihak laki-laki atas mas kawin yang sudah diterimanya. Gelang gading gajah digunakan sebagai perhiasan dalam menghadiri upacara-upacara adat.  Lain padang, lain pula ilalang. Di Sumba Timur, mas kawin atau belis yang diberikan berupa mamuli, anting-anting khas Sumba. Bentuknya menyerupai rahim atau perempuan yang melambangkan kesuburan dan merupakan penghormatan terhadap perempuan Sumba. Mamuli memegang peranan penting dalam adat. Mamuli digunakan dalam upacara adat, dijadikan mas kawin, pembayaran denda adat ,bekal kubur dan benda pusaka keluarga yang dikeramatkan (Tanggu Marapu). Mamuli dengan ornamen monyet ini  (E.1348)melambangkan rasa persatuan dan kesatuan. Diartikan juga sebagai lambang musyarawarah dan mufakat.  Saat ini, selain sebagai anting, mamuli dipakai sebagai liontin, bros dan disematkan di sebagai hiasan ikat kepala.  Sementara itu di pulau Alor, gendang perunggu  atau moko seperti koleksi bernomor 27256 menjadi hantaran mas kawin. Moko atau mako adalah nama lokal yang diberikan oleh masyarakat Alor untuk gendang adat berbahan logam perunggu atau kuningan. Moko dibuat dengan teknis lost-wax. Gendang sejenis ditemukan tersebar di beberapa wilayah timur Indonesia seperti di Flores, Timor hingga Maluku. Salah satu fungsi  moko  adalah sebagai mas kawin yang jumlahnya diatur oleh adat. Moko juga berfungsi sebagai alat tukar, pembayar denda adat, serta simbol status sosial. Beberapa moko tertentu didudukkan menjadi dan benda magis religius.

https://youtu.be/94zO6gx6A0w