Jakarta: 29/09/2018. Kunjungan dari Komunitas Handai Tuli Indonesia bertemakan “Temu Sapa”. Kunjungan ini dipimpin oleh ketua komunitas bernama ibu Silvi, dan di sambut baik oleh pemandu museum. Kegiatan tersebut dimulai dari lantai 4 Gedung B Museum Nasional mereka sangat antusias saat memasuki ruangan yang sangat di penuhi dengan koleksi emas dan mereka sangat tertarik ketika melihat koleksi mata uang koin Indoneisa dan mereka juga sangat tertarik ketika melihat pelana kuda yang pernah digunakan pangeran Dipenogoro pada saat perang Jawa pada Tahun 1825 – 1830 M. Kunjungan di lanjutkan dengan menyusuri lantai 3-1 yang mengenalkan keberagaman kebudayaan Indonesia.
Selanjutnya, mereka memasuki Gedung A Museum Nasional, melihat arca – arca dari era kerajaan Hindu – Budha, disini juga terdapat arca terbesar Museum Nasional dari Sumatera Barat yaitu Arca Bhairawa.
Pada akhir kunjungan kami berkesempatan mewawancarai penyandang disabilitas untuk dimintai pendapat dan pesan untuk Museum Nasional;
“ Tujuan kami ( Handai Tuli ) mengadakan acara disini bagaimana orang tuli dan orang pendengar itu bisa mulai berinteraksi, ide ini muncul karena Museum Nasional ini adalah tempat yang bisa mempelajari budaya kita baik yang nasional maupun internasional, tapi masalahnya disini belom ada akses untuk orang tuli jadi tujuan di adakannya kegiatan ini adalah sebagai langkah-langkah awal berkolaborasi untuk orang tuli dan pendengar, jadi disini kami mempunyai guru-guru bahasa yang bisa segala koleksi yang ada di museum ini bisa di terjemahkan ke dalam bahasa isyarat, jadi tuli itu bisa memahami koleksi yang ada di museum ini dan ketika mereka sudah dapat pengetahuan mungkin mereka bisa mempromosikan museum ini, jadi mereka juga bisa meneruskan apa sih yang ada di Museum Nasional ini, sebenernya banyak tuli yang datang ke Museum ini ketika mereka di tanya mereka tidak tahu, dan kami berharap kedepannya Museum Nasional juga bisa memberikan panduan atau bahkan pemandu khusus bahasa isyarat, lalu yang kedua mungkin orang-orang Museum bisa merekrut orang-orang tuli untuk bekerja disini menjadi khusus pemandu untuk orang tuli jadi ketika ada orang tuli yang datang ke Museum Nasional dan Museum Nasional sudah siap untuk memandu mereka, jadi pemandu tuli dan pendengar bisa saling berdampingan, jadi pemandu tuli yang bekerja disini bisa sangat membantu mereka.” Penyandang Disabilitas.