Anting-Anting, Cincin, dan Tusuk Rambut
Lontar, bambu
Sikka, Nusa Tenggara Timur
Awal abad ke-20
No. Inv. 10395
Tradisi mengayam pada masyarakat adat Sikka berlangsung secara turun-temurun yang diajarkan dari orang tua ke anak-anaknya. Barang-barang anyaman dipergunakan saat upacara adat maupun sehari-hari. Bahan yang digunakan pun berasal dari alam sekitarnya, seperti daun lontar dan daun gebang. Perempuan Sikka mulai belajar keahlian menganyam sejak kecil karena melihat secara langsung orang tuanya membuat anyaman untuk dipergunakan di rumah. Uniknya, mereka membuat perhiasan dari anyaman yang dapat berupa anting-anting, cincin, serta tusuk rambut. Butuh ketelitian yang tinggi untuk membuatnya karena ukurannya yang kecil dan desainnya yang rumit. Bagi perempuan muda Sikka keahlian menganyam ini merupakan simbol kecerdasan dan dianggap mampu memasuki gerbang tahapan kedewasaan. Perhiasan dari anyaman daun lontar koleksi Museum Nasional ini dibuat sebelum tahun 1903 dan saat ini sudah jarang dibuat.