Jakarta, 12 November 2025 – Museum Nasional Indonesia menyelenggarakan kegiatan penyuluhan bertema “Yupa, Jejak Sejarah Awal Nusantara” di tiga sekolah di Jakarta, yakni SMKN Jakarta Pusat 01 dan SMPN 28 Jakarta pada Rabu, 12 November 2025, serta di SDN 01 Gambir pada Senin, 10 November 2025 lalu. Kegiatan ini merupakan bagian dari program edukasi publik pendukungan atas pengajuan Prasasti Yupa untuk diakui sebagai Memory of the World UNESCO. Kegiatan ini juga bertujuan memperkenalkan Yupa sebagai salah satu karya monumental peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia kepada generasi muda.
Dalam penyuluhan tersebut, tim dari Museum Nasional menjelaskan bahwa Prasasti Yupa merupakan salah satu bukti tertulis tertua di Nusantara yang menunjukkan peradaban tinggi di Kerajaan Kutai pada abad ke-4 Masehi. Para siswa diperkenalkan pada sejarah penemuan Yupa, isi prasasti, serta maknanya bagi perkembangan budaya dan bahasa di Indonesia. Melalui pendekatan interaktif dan visual, siswa diajak untuk lebih memahami bagaimana kemampuan menulis dan berpikir sistematis telah berkembang sejak masa awal peradaban bangsa.
Salah satu tim penyuluhan menyampaikan bahwa mengenal sejarah bukan sekadar menghafal tahun dan nama raja, melainkan tentang memahami jati diri bangsa. “Dari Yupa, kita belajar bahwa sejak ribuan tahun lalu, nenek moyang kita sudah memiliki kemampuan menulis, membuat karya monumental, dan untuk menjalin hubungan sosial yang kuat,” ujarnya. Peserta kegiatan menunjukkan antusiasme tinggi dengan aktif bertanya dan menjawab pertanyaan yang diberikan mengenai sejarah dan nilai-nilai yang terkandung dalam prasasti tersebut.
Selain menanamkan semangat kebanggaan terhadap warisan budaya bangsa, kegiatan ini juga bertujuan memperkuat literasi sejarah di kalangan pelajar. Museum Nasional Indonesia menekankan pentingnya memahami nilai-nilai luhur dari peninggalan sejarah sebagai fondasi membangun identitas dan karakter bangsa yang berakar pada budaya sendiri. Melalui edukasi yang menyenangkan dan kontekstual, generasi muda diharapkan mampu melihat sejarah sebagai sesuatu yang hidup dan relevan dengan masa kini. (Dwi Lestari)


















