Bicara tekstil, bicara pakaian. Bicara pakaian, bicara kebudayaan. Bicara kebudayaan, bicara sejarah.
Pakaian merupakan salah satu saksi bisu dari perjalanan suatu peradaban manusia. Bagaimana pakaian tersebut diciptakan, karakteristik yang dimilikinya, hingga ciri khas motif yang kemudian melekat dapat menjadi suatu identitas bagi suatu kebudayaan. Bisa dikatakan bahwa tekstil, baik kain maupun pakaian, merupakan bagian dari bagian sejarah yang harus tetap dijaga.
“Dulu orang Indonesia mudah dikenali karena pakaiannya, batik, kebaya dan kain-kain. Sekarang tidak ada lagi, jadi sama saja sama orang Malaysia, Syria, dan banyak-banyak lagi,” Ucap Judi Achjadi yang merupakan seorang kurator tekstil.
Untuk mengembangkan kemampuan konservasi koleksi tekstil ini, Museum Nasional Indonesia mengadakan lokakarya yang diperuntukan kepada museum-museum baik di Jakarta maupun di luar Jakarta. Bertajuk ‘Lokakarya Pengembangan Konservasi Tekstil’ Museum Nasional Indonesia berharap agar koleksi tekstil dapat terawat dengan baik.
Sebanyak enam puluh lima peserta yang berasal dari Museum Tekstil, Museum Penerangan, Museum Jawa Tengah, hingga Museum Ambon, dan lain sebagainya bergabung dalam kegiatan ini. Pentingnya pengetahuan mengenai konservasi koleksi, khususnya tekstil, merupakan hal yang krusial bagi museum. Narasumber yang didatangkan pun merupakan pakar-pakar yang benar-benar ahli pada bidangnya.
Salah satunya adalah Judi Achjadi. Perempuan kelahiran tahun 1935 asal Kanada ini, sudah puluhan tahun menjadi kurator tekstil. Selain mengkurasi, perempuan yang sudah menjadi WNI sejak 1959 ini juga menulis buku yang berkenaan dengan tekstil, dan secara khusus tekstil tradisional Indonesia.
Pada kegiatan ini, peserta tak hanya sekadar mendapat materi namun juga dilakukan secara praktik. Peserta diajak secara aktif untuk melakukan tahap-tahap konservasi tekstil. Secara berkelompok, peserta terlihat sangat menikmati dan memperhatikan dengan baik tahap demi tahap yang dicontohkan.
Dari mulai bagaimana cara mengetahui kerusakan yang ada pada koleksi hingga mereparasi kerusakan yang ada pada koleksi. Peserta secara langsung melakukan kegiatan konservasi melalui panduan-panduan yang telah diberikan saat pemaparan materi. Salah satunya, peserta diberi kegiatan berupa praktik menjahit kain.
Pada hari keempat kegiatan lokakarya, peserta diajak untuk melalukan ekskursi ke Rumah Ulat Sutera. Pada kunjungan ini, peserta diajak untuk melihat langsung bagaimana pemanenan sutera langsung dari kepompong ulat sutera hingga menjadi gulungan benang sutera. Disini peserta dipandu dan dijelaskan secara langsung oleh para pemandu dari Rumah Ulat Sutera.
Mengingat kain memiliki banyak jenis dan komponennya, maka sudah seharusnya perlakuan konservasi pada tekstil dilakukan secara khusus. Melalui lokakarya ini, diharapkan peserta akan memahami bagaimana cara mengonservasikan koleksi tekstil secara tepat. Konservasi koleksi tekstil dengan tepat akan menjaga tiap inci bagiannya dan juga menjaga sejarah sebuah peradaban yang dimilikinya.