Filem Berita Gelora Indonesia; Bergelora Mengenal Indonesia

Lebih dari 60 film berita yang diputarkan di lobby kaca Museum Nasional pada pameran Kultursinema #6.

0
991
Sumber: Dokumentasi Museum Nasional

Sekitar tahun 1951, tepat enam tahun setelah Indonesia meraih kemerdekaannya, pemerintah Indonesia melalui Perusahaan Film Negara (PFN) mulai memproduksi film-film berita. Produksi film berita ini kemudian menjadi ‘catatan harian pemerintah’ yang disebar luas secara internasional.

Film berita tersebut berisikan tentang perkembangan Indonesia dari waktu ke waktu. Secara khusus, Filem Berita Gelora Indonesia, menyoroti perkembangan Indonesia pada masa pemerintahan Orde Lama hingga Orde Baru.

Pusat Pengembangan Perfilman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bersama dengan Forum Lenteng, Arsip Nasional Republik Indonesia, PFN serta Museum Nasional mengangkat Filem Berita Gelora Indonesia untuk dikenalkan kepada masyarakat umum. Melalui Kultursinema keenam dengan tema Filem Berita Gelora Indonesia yang dilaksanakan mulai dari 18 hingga 25 Agustus 2019 di Museum Nasional.

Sumber: Dokumentasi Museum Nasional

Lebih dari 60 film berita yang diputarkan di lobby kaca Museum Nasional. Film berita yang disajikan antara lain pembangunan proyek, pembukaan Pekan Olahraga Nasional, pelantikan Front Nasional, dan berbagai momentum lainnya. Sekitar 20 layar digunakan untuk menayangkan film-film tersebut.

Di tengah persaingan industri film global, film-film Indonesia kerap menjadi pilihan kesekian bagi kebanyakan orang. Alasan kepedulian terhadap film-film Indonesia lah yang menciptakan adanya pameran Kultursinema ini. “Selama ini, film cuma dianggap sebagai hiburan, film tidak pernah jadi bahan edukasi,” Ujar Asti, selaku Kurator Pameran Kultursinema.

Banyak pelajar dari berbagai sekolah yang diundang secara khusus untuk menyaksikan pameran Filem Berita ini. Para pelajar tersebut dipandu secara langsung oleh para panitia. Diharapkan melalui pameran ini, para pelajar mendapatkan edukasi sejarah yang tidak mereka dapatkan di sekolah.

Semua pengunjung yang datang dan menyaksikan pameran ini terlihat sangat menikmati semua film yang diputarkan. Selain menjadi ajang edukasi bagi generasi muda, pameran ini juga menjadi ajang nostalgia bagi pengunjung yang mengalami langsung penayangan film-film tersebut.

Kultursinema ini merupakan rangkaian dari ARKIPEL - Jakarta International Documentary and Experimental Film Festival. Enam kurator diundang secara khusus untuk mengkurasikan film-film yang dipamerkan. Ada Luthfan Nur Rochman yang melihat aktualitas dan teknikfikasi peliputan, sedangkan Prashasti Wilujeng Putri yang mencoba membadingkan perbedaan kedua masa pada Filem Berita Gelora Indonesia. Pembahasan mengenai peranan negara dalam sikap politis pada kegiatan keolahragaan disampaikan oleh Wahyu Budiman Dasta.

Afrian Purnama menjadi kurator yang mencoba untuk melihat pola transisi Gelora Indonesia sebagai yang menjembatani dari masa ke masanya. Adapun segmen wanita yang menjadi subjek estetis dicoba untuk dijelaskan oleh Dini Adanurani. Terakhir, Robby Ocktavian mencoba melihat bagaimana isu pembangunan dan pengembangan teknologi menjadi salah satu isu global yang penting pada menjelang, saat, dan pasca Perang Dingin.

Setelah pameran dan screening, kegiatan ini akan ditutup oleh diskusi arsip film pada 25 Agustus 2019 di Auditorium gedung B, Museum Nasional Indonesia. Narasumber yang akan datang pun adalah para narasumber yang tentunya kredibel di bidangnya, seperti Pusat Pengembangan Perfilman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Arsip Nasional Republik Indonesia, Perum Produksi Film Negara, PT. Render Indonesia, serta para seniman Otty Widasari, dan Luthfan Nur Rochman.