Kemahsyuran rempah-rempah Indonesia sudah tercatat di banyak manuskrip kuno sebagai bagian penting dalam pembentukan peradaban dunia. Rempah-rempah Indonesia juga menjadi salah satu komoditas penting dalam jalur perdagangan bahkan sejak zaman kejayaan kerajaan-kerajaan besar di dunia. Apabila perjalanan rempah-rempah itu dipetakan, maka Indonesia akan menjadi pusat dari jalur rampah dunia.
Menyadari betapa pentingnta Indonesia dalam peta perdagangan jalur rempah dunia, Bina Museum Indonesia bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan didukung pula oleh Museum Nasional menggelar sebuah pameran yang bertajuk Jalur Rempah: the Untold Story.
Mendikbud Anies Baswedan mengungkapkan kiprah Indonesia menjadi bangsa besar bisa ditemukan pada jalur perdagangan rempah-rempah, yang pernah menjadi komoditas andalan Nusantara semenjak zaman kerajaan pula kesultanan.
“Kalau kita perhatikan, jalur perdagangan rempah itu hampir seluruhnya melewati laut. karenanya kita bisa membaca pesan bahwa kejayaan itu diraih melalui penguasaan jakur maritim nusantara,” ujar Anies ketika membuka pameran “Jalur Rempah: The Untold Story” di Museum Nasional, Jakarta, Minggu.
Oleh karena itu, lanjut Anies, kesadaran akan pentingnya laut dan maritim ini menjadi sangat penting untuk terus ditanamkan dalam pemikiran bangsa Indonesia.
Hal itu bisa dilakukan dengan memunculkan kembali isu terwebut ke dalam ekspresi-ekspresi budaya Indonesia mulai dari sastra sampai seni. Sebab menurut Mendikbud, imajinasi bangsa tentang laut dan maritim sudah lama kosong.
“Saya rasa ini pesan yang perlu digaungkan terkait jalur rempah ini,” kata Anies.
Kawasan Nusantara sendiri sudah sangat lama dikenal sebagai penghasil rempah dengan kualitas nomor wahid dan berharga mahal dan sangat terkenal di dunia.
Pada tahun 400 Masehi, seorang sastrawan India bernama Kalidasa menyebut istilah “Dvipantara” sebagai kepulauan penghasil cengkih dalam kumpulan puisinya berjudul Raghuvamsa. Para sejarawan memercayai Dvipantara adalah Nusantara atau Indonesia setelah merdeka.
Rempah seperti cengkih dan pala termasuk komoditas yang sangat berharga dan nilainya lebih dari emas, seperti pernah ditulis oleh Jack Turner, yang mengutip katalog dari saudagar Italia Francesco Balducci Pegolotti.
Cengkih dan pala sendiri hanya tumbuh di daerah barat Halmahera, yaitu Tidore, Ternate, Moti, Makian dan Bacan. Selain itu, dua tanaman tersebut juga terdapat di Pulau Banda.
Rempah-rempah dari Maluku kemudian diperdagangkan di Jawa dan Sumatera, yang membuat Kerajaan Sriwijaya hingga Banten menjadi pusat perdagangannya. Komoditas ini kemudian terkenal ke seantero dunia karena bisa menyejahterakan para pedagang.
Seperti yang sudah diketahui bersama, pundi-pundi kekayaan dari rempah inilah yang membuat bangsa Eropa, termasuk Portugal, Spanyol dan Belanda masuk ke Nusantara dan memulai era kolonialisasi. Ada pun pameran “Jalur Rempah: The Untold Story” diadakan pada 18-25 Oktober 2015 di Museum Nasional.