Direktur China National Silk Museum kunjungi Museum Nasional Indonesia

0
707
Direktur China National Silk Museum Prof. Dr. Zao Feng berkunjung ke Museum Nasional
Direktur China National Silk Museum Prof. Dr. Zao Feng berkunjung ke Museum Nasional

Direktur China National Silk Museum bahas kemungkinan kerjasama dengan Museum Nasional Indonesia

Jakarta 29/03/2018. Direktur China National Silk Museum Prof. Dr. Zao Feng berkunjung ke Museum Nasional dalam rangka penjajakan kerjasama dengan Museum Nasional Indonesia. Beliau tertarik dengan koleksi-koleksi tekstil milik Indonesia, terutama berkaitan dengan rencana pameran Jalur Sutera yang akan digelar pada waktu dekat ini di China National Silk Museum di Hangzou.

Dalam kunjungan tersebut dibacarakan kemungkinan kerjasama di bidang permuseuman antara China National Silk Museum dan Museum Nasional Indonesia, antara lain pameran, pertukaran staf museum untuk belajar konservasi tekstil dan berencana mengundang Museum Nasional Indonesia untuk menghadiri beberapa seminar mengenai tekstil di China. Kunjungan dilanjutkan dengan melihat pameran tetap Museum Nasional Indonesia didampingi oleh kurator dan pemandu Museum Nasional Indonesia.

Kepala Museum Nasional Indonesia berdiskusi
Kepala Museum Nasional Indonesia berdiskusi dengan Direktur CNSM

Prof. Dr. Zao Feng menganggap bahwa koleksi Museum Nasional Indonesia sangat penting terutama didalam sejarah jalur sutera. Oleh karena itu  beliau merasa harus melibatkan Museum Nasional Indonesia dalam kerjasama terutama dalam hal pengelolaan koleksi tekstil.

Telah kita ketahui bersama bahwa Jalur Sutera adalah sebuah simpul perjalanan yang ditempuh bolak-balik oleh para saudagar antara China dan kawasan Laut Mediterania. Berlangsung dari abad kedua Sebelum Masehi hingga abad ke-15. Dinamakan Jalur Sutera karena kain Sutera menjadi komoditas utama yang berasal dari China.

Meskipun dinamakan Jalur Sutera, sutera bukanlah satu-satunya komoditas yang diperjualbelikan di antara para saudagar mancanegara. Banyak barang dari Asia Tengah, Timur Tengah dan Eropa yang diperjualbelikan sepanjang jalur ini. Bahkan, dalam perkembangannya, Jalur Sutera tak hanya terkait dengan perniagaan semata. Kawasan yang membentang sepanjang kurang lebih 7.000 kilometer itu juga menjadi sarana penyebaran ilmu pengetahuan dan teknologi, kebudayaan, filsafat dan termasuk agama.